Tuesday, June 14, 2011

~TAMAN ISLAM~

Indahnya Taman Islami
Syahdu terasa,,
Tatkala kaki melangkah,
Ke Taman Islami,
Yang mekar mewangi,
Dengan bunga al-haya',
Bisikan angin keimanan,
Menyegarkan ketakwaan diri,
Nyanyian unggas berzikir merdu,
Mengasyikkan cinta pada Ilahi,
Kerlipan indah mutiara ilmu,
Menyinari kegelapan naluri,
Kicauan riang pujian kebesaran,
Bergema agung di sana sini,
Rimbunan pepohon ukhwah,
Menjadi teduhan untuk bersatu hati,
Oh,indahnya Taman Islami!!!!
Dulu,
Bila disebut lelaki,
Wanitanya mendongak megah,
Lelaki kami Asadullah, Saifullah,
Tokoh ramai tak terkira,

Kini,
Bila Disebut lelaki,
Wanitanya menunduk lemah,
Tokoh kami sedikit sekali,
Ramainya, boneka Yahudi.

Dulu,
Bila disebut lelaki,
Wanitanya tenang di hati,
Lelaki kami menjaga dan melindungi,

Kini,
Bila disebut lelaki,
Wanitanya mahu cabut lari,
Lelaki khianat, perogol bersiri.

Dulu,
Bila seorang wanita teraniaya,
Sepasukan kuda putih membela,
Al-Mu’tasim kebanggaan wanita.

Kini,
Ribuan wanita suci dipenjara,
Fatimah diperkosa minta dibela,
Lelaki tunduk tak bertenaga.

Dulu,
Bila wanita di bawah jagaannya,
Lelaki memagari sehabis daya,
Tiada siapa berani menggoda,

Kini,
Bila wanita di bawah jagaannya,
Lelaki tak kisah auratnya terbuka,
Wanitanya dibiar bebas, binasa.

Dulu,
Lelaki menggadai harta dan nyawa,
Untuk mengangkat kemuliaan agama,

Kini,
Lelaki menggadai ketinggian agama,
Demi nafsu,dunia dan seisinya.

Dulu,
Lelaki bermatian mencipta sejarah,
Kental berjihad, tekun berdakwah,

Kini,
Lelaki hanya menyanjungi sejarah,
Diri bermalasan, tenaga tak dikerah.

Dulu,
Lelaki memperjuangkan deen dan ummah,
Al-Farouq, Zunurian mati terbunuh,

Kini,
Lelaki memperjuangkan diri dan kroninya,
Hingga sanggup membunuh.

Dulu,
Lelaki bersatu menghadapi musuh,
Angkatannya kuat dan teguh,

Kini,
Lelakinya berpuak dan berpecah,
Sesama sendiri saling bertelingkah.

Kembalilah lelakiku,
pada kelelakianmu,
Kami rindukan lelaki dulu,
Acuan Madrasah Rasul,

Assalammualaikum....
Alhamdulilah pertama-tamanya dipanjatkan setinggi kesyukuran kehadrat Allah swt. kerana meminjamkan masa kepada diri ini untuk kita bersua kembali di arena ini. Semuga pertemuan yg sedikit ini dapat menmabah eratkan lagi rasa uhkwah antara kita hanya semata-mata kerana Allah swt jua.

Marilah kita hayati kisah dua beradik yg ibu dapat dari fcb ibu. Kisah yg amat menyentuh hati bergenang airmata ini ketika membacanya. Keikhlasan dan kasih seorang adik yg amat mendalam terhadap kakaknya.

Sahabat, kadang kita takjub dengan balasan yang diberikan oleh seseorang kepada kita untuk sebuah perbuatan yang menurut kita pada saat melakukannya adalah “biasa-biasa saja”. Namun balasan (yang sebenarnya kita tidak mengharapkannya) yang diberikan dahsyatnya luar biasa…apalagi ketika melakukannya dengan penuh keikhlasan, penuh cinta dan kasih…


Berikut ada sebuah cerita yang diambil dan ditulis ulang dari sebuah ebook kumpulan motivasi…semoga bermanfaat dan dapat menambah kecintaan kita pada saudara-saudara kita…menambah semangat untuk terus memberi dan terus berbagi…dan semoga bisa melembutkan hati…

Adapun ceritanya begini :


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari , orangtuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Yang mencintaiku lebih dari aku mencintainya.


Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatan membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu ditangannya.


“Siapa yang mencuri uang ayah?!!!” Beliau bertanya. Aku terpaku terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapapun mengaku. Beliau mengatakan lagi “ Baiklah kalau begitu kalian berdua layak dipukul!”


Dia mengangkat tongkat bambu itu tinggi-tinggi. Tiba-tiba, adiku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!”


Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai beliau kehabisan nafas. Sesudah itu beliau duduk di ranjang dan memarahi kami. ”Kamu sudah belajar mencuri dari rumah, hal memalukan apalagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang ? kamu layak dipukul, kamu pencuri tidak tahu malu.”


Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku, tubuhnya luka, tetapi ia tidak menitikan airmata setetespun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba menangis meraung-raung.. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, ”Kak, jangan menangis lagi sekarang, semuanya sudah terjadi.”


Aku masih terus membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan baru seperti kemarin. Aku tidak pernah lupa tampang adikku ketika melindungiku. Waktu itu, adiku berusia 8 tahun. Aku berusia 11 tahun.


Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengar dia berkata lirih, ” Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik, hasil yang begitu baik”. Ibu mengusap airmatanya yang mengalir dan menghela nafas, ” Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?”


Saat itu juga adikku berjalan ke hadapan ayah dan berkata, ”Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, aku telah cukup membaca banyak buku”


Ayah marah besar dan berkata : ” Mengapa kamu mempunyai jiwa yang begitu lemah!!! Bahkan kalau aku harus mengemis di jalanan akan aku lakukan, kamu berdua harus sekolah sampai selesai.”


Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit makanan. Dia menyelinap di samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: ”Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimmu uang.”


Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu adiku berusia 17 tahun dan aku 20 tahun. Dengan uang yang ayahku pinjam dan uang dari adiku hasilkan dari mengangkut semen pada lokasi konstruksi, akhirnya aku sampai akhir tahun ketiga kuliah.


Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk memberitahukan, ” Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!”


Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor. Aku menanyakannya,”Mengapa kamu tidak bilang pada temanku kamu adalah adikku?”


Dia tersenyum dan menjawab, ”Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu aku adalah adikmu? Apa mereka tidak akan mentertawakanmu?”


Aku merasa terenyuh dan airmata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari badan adikku dan sambil tersekat aku berkata ”Aku tidak peduli omongan siapapun! Kamu adalah adikku apapun juga Kamu adalah adikku bagaimanapun penampilanmu...”


Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku dan terus menjelaskan, ”Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kakak harus memilikinya...”


Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Menariknya ke dalam pelukanku dan menangis....Tahun itu ia berusia 20 dan aku 23.


Pertama kali aku membawa teman-teman kuliahku ke rumahku, kaca jendela yang pecah telah diganti dan semuanya kelihatan bersih.Setelah teman-temanku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. ”Bu, ibu tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membersihkan rumah kita".


Tetapi katanya sambil tersenyum ”Itu adalah pekerjaan adikmu, dia pulang lebih awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkkah kamu melihat luka ditangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu."


Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus , seratus jarum terasa menusuk hatiku. Aku mengoleskan sedikit salep pada lukanya dan membalut lukanya. ”Apakah sakit?"


”Tidak kok Kak...Aku biasa kena batu-batu kak.” Ditengah kalimatnya aku membalikan punggungku karena air mata mulai menggenang dimataku....Tahun itu adikku 23 tahun dan aku berusia 26 tahun.


Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Aku berkali-kali mengundang orangtuaku datang dan tinggal dirumahku, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka sudah merasa dibesarkan di dusun dan tidak tahu harus berbuat apa kalau seandainya keluar dari dusun. Adikku juga mengatakan ”Kak jagalah mertuamu saja, saya yang akan menjaga ibu dan ayah disini..”

Suamiku menjadi direktur pabrik. Kami menginginkan adiku kerja di pabrik, akan tetapi adiku tak pernah mau, dia ingin tetap menjaga ayah ibu.


Suatu hari adiku jatuh dari sebuah tangga untuk memperbaiki kabel, ketika dia terkena sengatan listrik dan dia masuk ke rumah sakit. Aku dan suamiku menjenguknya, dan melihat gips putih dikakinya. Aku berkata ”Mengapa kamu menolak kerja menjadi manajer pabrik di tempat kakakmu. Coba kalau kau terima, tentu kamu tidak akan mengalami seperti ini.”


Dengan tanpang serius dia menjawab ”Kak, pikirkan nama baik kakak ipar kak. Ia baru saja menjadi Direktur, sedangkan saya tidak berpendidikan, nanti apa kata orang kalau saya menjadi manajer ? Kasihan kakak ipar."


Mata suamiku dipenuhi airmata, dan kemudian aku berkata ” Tapi kamu kurang berpendidikan itu juga karena aku, kakakmu."


"Mengapa kakak membicarakan masa lalu?” Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu ia berusia 26 tahun dan aku 29 tahun


Adikku kemudian menikahi seorang gadis pada usia 30 tahun. Dalam acara itu pembawa acara perayaan bertanya kepadanya, ”Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?” Tanpa berpikir panjang adikku menjawab ”Kakakku."


Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat lagi.

” Ketika kami sekolah SD. Saya dan kakakku sekolah SD di tempat yang cukup jauh dari tempat tinggal kami, di sebuah dusun yang berbeda. Setiap hari aku dan kakakku berjalan selama kurang lebih dua jam untuk pergi dan pulang ke sekolah. Suatu hari aku kehilangan satu sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai sebuah sarung tangan di tangannya, padahal kami berjalan sangat jauh dan cuaca sedang musim sangat dingin. Ketika kami tiba dirumah, tangan kakakku begitu gemetaran, sehingga ketika makan dia tidak bisa memegang sendoknya.......Sejak hari itu aku bersumpah, selama saya masih hidup aku akan menjaga kakakku dan aku akan selalu baik kepadanya."


Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku. Kemudian kata-kata begitu susah keluar dari bibirku, ”Dalam hidupku..orang yang paling berjasa padaku adalah adikku..orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."


Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia itu..di depan kerumunan perayaan itu..air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai....


Sahabat hikmah yang tercinta....

Teruslah mencintai dan mengasihi.......

Nabi shalallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:


Ù„َÙŠْسَ Ù…ِÙ†َّا Ù…َÙ†ْ Ù„َÙ…ْ ÙŠُÙˆَÙ‚ِّرْ الْÙƒَبِيرَ ÙˆَÙŠَرْØ­َÙ…ْ الصَّغِيرَ

"Tidaklah termasuk golonganku orang yang tidak menghormati yang lebih tua dan tidak menyayangi yang muda 

(Shahih Shahihul Jami’ no. 5445, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani dari Ibnu Abbas)


Teruslah berbagi, sekecil apapun bentuknya.......

Rasulullah saw bersabda, " Khoirunnaasi anfa'uhum linnaas” "Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya." (HR Daruquthni).

Semuga kisah ini dapat mendidik hati dan jiwa kita untuk mengasehi orang lain hanya semata-mata kerana Allah swt jua.

Saturday, June 11, 2011

abang yang paling ana sayang...berumur 28 tahun..

PAHALA SEORANG ISTERI~lihatlah kebaikan lebih dr kburukan~

Peristiwa yang menimpa diri saya kira-kira dua tahun yang lalu sering datang meragut ketenangan yang cuba di pupuk hari demi hari. Saya selalu kecundang. Justeru saya masih belum dapat memaafkan kesalahan yang telah dilakukan. Kesalahan yang disangka ringan, tetapi rupa-rupanya mendatangkan rasa bersalah yang tidak pernah berkesudahan hingga ke hari ini. 

Ingin saya paparkan peristiwa yang menimpa diri ini untuk tatapan anda sekalian, untuk dijadikan teladan sepanjang hidup. Untuk pengetahuan semua, di kalangan sahabat-sahabat dan saudara-mara, saya dianggap sebagai seorang isteri yang baik. Tetapi keterlaluan jika dikatakan saya menjadi contoh teladan seorang isteri bekerja yang begitu taat berbakti kepada suami. Walau bagaimana penat dan sibuk sekalipun, urusan rumahtangga seperti melayan suami dan menguruskan anak-anak tidak pernah saya abaikan. 

Kami di anggap pasangan romantik. Suami saya seorang lelaki yang amat memahami jiwa saya, berlemah lembut terhadap keluarga, ringan tulang untuk bersama-sama menguruskan rumah apabila pulang dari kerja dan lain-lain sifat yang baik ada pada dirinya. Waktu sembahyang dan waktu makan merupakan waktu terbaik untuk mengeratkan ikatan kekeluargaan dengan sembahyang berjemaah dan makan bersama. Pada waktu inilah biasanya beliau akan memberi tazkirah dan peringatan kepada kami agar menjadi hamba yang bertakwa. Dari sudut layanan seorang isteri terhadap suami, saya amat memahami akan kewajipan yang harus ditunaikan. Itulah peranan asas seorang isteri terhadap suaminya. Allah menciptakan Hawa semata-mata unutk melayan Adam dan menghiburkannya. Meskipun syurga dipenuhi dengan kekayaan dan kemewahan, namun tidak mampu mengisi jiwa Adam yang kosong melainkan dengan diciptakan Hawa. Oleh itu saya menganggap tugas mengurus rumahtangga, mengurus anak-anak dan bekerja di pejabat adalah tugas nombor dua setelah tugas pertama dan utama, iaitu mela yani suami. Sebagai seorang yang juga sibuk di pejabat, adakalanya rasa penat dan letih menghambat sehingga saya pulang ke rumah. Tetapi saya bersyukur kerana suami amat memahaminya. Berkat tolong-menolong dan bertolak-ansur, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah di dalam rumahtangga. Bahkan sebaliknya menumbuhkan rasa kasih dan sayang antara satu sama lain kerana masing-masing dapat menerimanya dan mengorbankan kepentingan masing-masing.

Sehinggalah tiba pada satu hari yang mana pada hari itu datangnya ketentuan Allah yang tidak dapat diubah oleh sesiapa pun. Hari itu merupakan hari bekerja. Agenda saya di pejabat amat sibuk, bertemu dengan beberapa orang pelanggan dan menyelesaikan beberapa tugasan yang perlu disiapkan pada hari itu juga. Pukul lima petang saya bersiap-siap untuk pulang ke rumah. Penat dan letih tidak dapat digambarkan.

Apabila sampai di rumah, saya lihat suami telah pulang dari pejabat. Dia telah membersihkan dirinya dan sedang melayani anak-anak, bermain-main dan bergurau senda. Dia kelihatan sungguh gembira pada pada petang itu. Saya begitu terhibur melihat telatah mereka, kerana suasana seperti itu jarang berlaku pada hari bekerja. Maklumlah masing-masing penat. Suami sedar saya amat penat pada hari itu. Oleh itu dia meminta agar saya tidak memasak, sebaliknya mencadangkan agar kami makan di sebuah restoran makanan laut di pinggir bandar. Dengan senang saya dan anak-anak menyetujuinya. Kami pulang ke rumah agak lewat, kira-kira jam 11 malam. Apa tidaknya, kami berbual-bual panjang ketika makan, bergurau-senda dan usik-mengusik. Seperti tiada hari lagi untuk esok. Selain anak-anak, suami sayalah orang yang kelihatan paling gembira dan paling banyak modal untuk bercakap pada malam itu. Hampir jam 12 barulah masing-masing merebahkan badan di katil. Anak-anak yang kekenyangan segera mengantuk dan lelap. Saya pun hendak melelapkan mata, tetapi belaian lembut suami mengingatkan saya agar tidak tidur lagi. Saya cuba menggagahkan diri melayaninya, tetapi hati saya hanya separuh saja jaga, separuh lagi tidur.

Akhirnya saya berkata kepadanya sebaik dan selembut mungkin, "Abang, Zee terlalu penat," lalu saya menciumnya dan memberi salam sebagai ucapan terakhir sebelum tidur. Sebaliknya suami saya terus merangkul tubuh saya. Dia berbisik kepada saya bahawa itu adalah permintaan terakhirnya. Namun kata-katanya itu tidak meresap ke dalam hati saya kerana saya telah berada di alam mimpi. Suami saya perlahan-lahan melepaskan rangkulannya. Keesokannya di pejabat, perasaan saya agak tidak menentu. Seperti ada perkara yang tidak selesai. Saya menelefon suami, tetapi tidak berjawab. Sehinggalah saya dapat panggilan yang tidak dijangka sama sekali - panggilan dari pihak polis yang menyatakan suami saya terlibat dalam kemalangan dan dikehendaki datang segera ke hospital. Saya bergegas ke hospital, tetapi segala-galanya sudah terlambat. Allah lebih menyayangi suami saya dan saya tidak sempat bertemunya.

Meskipun redha dengan pemergian suami, tetapi perasaan terkilan dan bersalah tidak dapat dikikis dari hati saya kerana tidak melayaninya pada malam terakhir kehidupannya di dunia ini. Hakikatnya itulah pahala terakhir untuk saya sebagai seorang isteri. Dan yang lebih saya takuti sekiranya dia tidak redha terhadap saya pada malam itu, maka saya tidak berpeluang lagi untuk meinta maaf daripadanya. Sabda Rasulullah s. a. w, "Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, tiada seorang suami yang mengajak isterinya tidur bersama di tempat tidur, tiba-tiba di tolak oleh isterinya, maka malaikat yang di langit akan murka kepada isterinya itu, hingga dimaafkan oleh suaminya." Sehingga kini, setiap kali saya terkenang kepadanya, air mata saya akan mengalir ke pipi. Saya akan bermunajat dan memohon keampunan daripada Allah. Hanya satu cara saya fikirkan untuk menebus kesalahan itu, iaitu dengan mendidik anak-anak agar menjadi mukmin sejati. Agar pahala amalan mereka akan mengalir kepada ayah mereka. Hanya itulah khidmat yang dapat saya berikan sebagai isterinya. Itulah harapan saya ... semoga Allah perkenankannya.Wallahu 'alam..Note:Lihatlah kebaikan yg ada daripada banyak keburukan selagi bergelar ISTERI even di saat2 akhir..
Hati adalah sumber ilham dan pertimbangan. Ia juga adalah tempat lahirnya cinta dan benci, keimanan dan kekufuran, taubat dan sikap degil serta ketenangan dan kebimbangan.
Hati merupakan sumber kebahagiaan jika kita mampu membersihkannya namun sebaliknya ia merupakan sumber bencana jika kita gemar menodainya. Aktiviti yang dilakukan sering berpunca daripada lurus atau bengkoknya hati.

Abu Hurairah r.a. berkata, "Hati adalah raja, sedangkan anggota badan adalah tentera. Jika raja itu baik, maka akan baik pula lah tenteranya. Jika raja itu buruk, maka akan buruk pula tenteranya".

Hati yang keras mempunyai tanda-tanda yang boleh dikenali, di antara yang terpenting adalah seperti berikut:

01.Malas melakukan ketaatan dan amal kebajikan.
Terutamanya malas untuk melaksanakan ibadah, malah mungkin memandang ringan. Misalnya tidak serius dalam menunaikan solat, atau berasa berat dan enggan melaksanakan ibadah-ibadah sunat. Allah telah menyifatkan kaum munafik dalam firman-Nya yang bermaksud;
"Dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan." - [Surah At-Taubah:54]

02.Tidak berasa gerun dengan ayat al-Quran.
Ketika disampaikan ayat-ayat yang berkenaan dengan janji dan ancaman Allah, hatinya tidak terpengaruh sama sekali. Mereka juga lalai daripada membaca al-Quran serta mendengarkannya. Bahkan enggan dan berpaling daripadanya. Sedangkan Allah S.W.T memberikan peringatan;
"Maka beri peringatanlah dengan al-Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku." (Surah Al-Qaf, ayat 45)

03.Berlebihan mencintai dunia dan melupakan akhirat.
Segala keinginannya tertumpu untuk urusan dunia semata-mata. Segala sesuatu ditimbang dari segi keperluan dunia. Cinta, benci dan hubungan sesama manusia hanya untuk urusan dunia sahaja. Penghujungnya jadilah dia seorang yang dengki, ego, individulistik, bakhil serta tamak terhadap dunia.

04.Kurang mengagungkan Allah.
Sehingga hilang rasa cemburu dalam hati, kekuatan iman menjadi lemah, tidak marah ketika larangan Allah diperlekehkan orang lain, tidak mengamal yang makruf serta tidak peduli terhadap segala kemaksiatan dan dosa.

Tepuklah dada, tanyalah iman. Semoga hati kita sentiasa segar mengingati dan mensyukuri nikmat Allah yang Maha Esa.

~tempahkan sebuah bilik di neraka buatku~

  • Di ambil dari majalah Iskandariah Mesir 'MANAR ISLAM'

    Menurut  majalah tersebut, pada suatu hari, seorang gadis yang terpengaruh
    dengan cara hidup masyarakat Barat menaiki sebuah bas mini untuk menuju ke
    destinasi di wilayah Iskandariah. Malangnya walau pun tinggal dibumi yang
    terkenal dengan tradisi keislaman, pakaian gadis tersebut sangat menjolok mata.
    Bajunya agak nipis dan seksi hampir terlihat segala yang patut disembunyikan
    bagi seorang perempuan dari pandangan lelaki ajnabi atau mahramnya.

     Gadis itu dalam lingkungan 20 tahun. Di dalam bas itu ada seorang tua yang
    dipenuhi uban menegurnya.

     "Wahai pemudi! Alangkah baiknya jika kamu berpakaian yang baik, yang sesuai
    dengan ketimuran dan adat serta agama Islam kamu, itu lebih baik daripada kamu
    berpakaian begini yang pastinya menjadi mangsa pandangan liar kaum lelaki...."
    nasihat orang tua itu.

    Namun, nasihat yang sangat bertetapan dengan tuntutan agama itu dijawab oleh
    gadis itu dengan jawapan mengejek. "Siapalah kamu hai orang tua? Apakah di
    tangan kamu ada anak kunci syurga? Atau adakah kamu memiliki sejenis kuasa yang
    menentukan aku bakal berada di syurga atau neraka?"

    Setelah menghamburkan kata-kata yang sangat menghiris perasaan orang tua itu
    gadis itu tertawa mengejek panjang. Tidak cukup setakat itu, si gadis lantas
    cuba memberikan telefon bimbitnya kepada orang tua tadi sambil melafazkan kata
    kata yang lebih dahsyat.

     "Ambil hanphone ku ini dan hubungilah Allah serta tolong tempahkan sebuah bilik
    di neraka jahannam untukku," katanya lagi lantas ketawa berdekah-dekah tanpa
    mengetahui bahawasanya dia sedang mempertikaikan hukum Allah dengan begitu
    biadab.

     Orang tua tersebut sangat terkejut mendengar jawapan dari si gadis manis. Sayang
    wajahnya yang ayu tidak sama dengan perilakunya yang buruk. Penumpang-penumpang
    yang lain turut terdiam ada yang menggelengkan kepala kebingungan. Semua yang di
    dalam bas tidak menghiraukan gadis yang masih muda itu yang tidak menghormati
    hukum hakam itu dan mereka tidak mahu menasihatinya kerana khuatir dia akan akan
    menghina agama dengan lebih teruk lagi.

     Sepuluh minit kemudian bas pun tiba perhentian. Gadis seksi bermulut celupar
    tersebut di dapati tertidur di muka pintu bas. Puas pemandu bas termasuk para
    penumpang yang lain mengejutkannya tapi gadis tersebut tidak sedarkan diri. Tiba
    tiba orang tua tadi memeriksa nadi si gadis. Sedetik kemudian dia menggelengkan
    kepalanya. Gadis itu telah kembali menemui Tuhannya dalam keadaan yang tidak
    disangka. Para penumpang menjadi cemas dengan berita yang menggemparkan itu.

    Dalam suasana kelam kabut itu, tiba tiba tubuh gadis itu terjatuh ke pinggir
    jalan. Orang ramai segera berkejar untuk menyelamatkan jenazah tersebut. Tapi
    sekali lagi mereka terkejut. Sesuatu yang aneh menimpa jenazah yang terbujur
    kaku di jalan raya. Mayatnya menjadi hitam seolah olah dibakar api. Dua tiga
    orang yang cuba mengangkat mayat tersebut juga kehairanan kerana tangan mereka
    terasa panas dan hampir melecur sebaik saja menyentuh tubuh si mayat.

     Akhirnya mereka memanggil pihak keselamatan menguruskan mayat itu. Begitulah
    kisah ngeri lagi menyayat hati yang menimpa gadis malang tersebut. Apakah
    hasratnya menempah sebuah bilik di neraka dimakbulkan Allah? Nauzubillah,
    sesungguhnya Allah itu Maha Berkuasa di atas segala sesuatu. Sangat baik kita
    jadikan ikhtibar dan pelajaran dengan kisah benar ini sebagai muslim sejati.
    Jangan sekali sekali kita mempertikaikan hukum Allah dan mahupun sunnah RasulNya
    saw dengan mempersendakan atau ejekan.

    Kata kata seperti ajaran Islam tidak sesuai lagi dengan arus kemodenan dunia
    hari ini atau sembahyang tidak akan buat kita jadi kaya dan seumpamanya adalah
    kata kata yang sangat biadab dan menghina Allah, pencipta seluruh alam. Ingatlah
    teman, kita boleh melupakan kematian, tetapi kematian tetap akan terjadi bagi
    kita. Hanya masanya saja yang akan menentukan bila kita akan kembali ke alam

    barzakh.